Trauma
Ada beberapa hal yang orang tidak percaya akan adanya hal tersebut, sampai ia benar-benar mengalaminya atau melihat dengan mata kepalanya sendiri.
“Trauma”, adalah salah satu hal yang dari dulu tidak masuk akal bagi saya. Bagaimana mungkin suatu keadaan jiwa atau tingkah laku seseorang menjadi berubah karena akibat dari sebuah peristiwa atau kejadian. Tidak, sampai pada akhirnya saya mengalaminya sendiri.
Oktober, 2017
Jarak antara stasiun yang cukup jauh dengan tempat saya menunggu bus, memaksa saya untuk mengendarai elf selama setengah jam. Dan sesaat sebelum turun, ada kejadian yang sampai sekarang masih membekas di ingatan. Saya kecopetan.
Syok di awal sudah pasti, bukan hanya karena kehilangan uang di tengah-tengah perjalanan, tapi saya juga harus mengurus kembali surat-surat penting yang turut hilang bersama dengan raibnya dompet tersebut.
Tidak berhenti di situ rupanya, ada dampak yang baru saya rasakan selama beberapa bulan terakhir. Di antaranya:
1. Takut naik elf
Saya lebih memilih ojol ketika bepergian pada jarak yang tidak terlalu jauh dibandingkan dengan menggunakan elf. Meski ongkos yang harus saya keluarkan menjadi 2 -3 kali lipat lebih besar, tapi saya rasa itu masih jauh lebih murah ketimbang kejadian yang sama harus terulang kembali.
2. Waswas
Seolah ada bisikan yang menyeru saya untuk lebih waspada ketika mengendarai bus pada saat perjalanan ke kampus, terlebih jika disamping tempat duduk saya ada orang lain, maka gerak tangan dan wajahnya akan saya perhatikan dengan baik, tas ransel pun saya peluk dengan erat. Agak berlebihan memang, tapi itulah kenyataannya.
Selain itu, tidak lagi seperti dulu, sekarang saya lebih memilih untuk mencari bus lain meskipun harus menunggu lebih lama, daripada harus menaiki bus yang kursinya sudah terisi penuh.
===
Bagamana dengan kalian, pernah ngalamin kejadian yang bikin kalian trauma juga? Ceritain dong, gimana cara ngatasinnya?
0 komentar