Sebuah Skenario

Dipublikasikan pada 13 Agustus 2016

Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi sebuah masalah. Sebagian orang memilih untuk diam dan menyesali masalah tersebut, tapi tidak dengan sebagian lainnya, teman saya contohnya.

Jaman SMP, di jaman itu flashdisk masih tergolong barang yang agak ‘wah’. Masih belum banyak orang yang memilikinya. Saya termasuk orang yang beruntung, mendapat flashdisk ‘warisan’ ayah. Ukurannya 256 MB kalo tidak salah, ukuran yang terbilang besar untuk saat itu.

Hilang

Suatu ketika flashdisk tersebut dipinjam teman satu kelas, saya pinjamkan flashdisk tersebut dengan syarat, “jangan lama-lama”. Singkat cerita setelah lebih dari seminggu tidak dikembalikan saya diberi tahu jika flashdisk tersebut hilang. Terlihat sedikit raut kebingungan nampak di wajahnya.

Sore hari, didatangi lah rumah saya olehnya. Bukan, bukan mau dia mengganti flashdisk yang dia hilangkan tadi. Alih-alih dia justru mengajak saya untuk datang ke rumahnya, dengan skenario yang sudah dia rencanakan sebelumnya.

Skenario

Tiba di rumahnya, di sini skenario sudah mulai berjalan. Kami duduk di teras. Sesaat, ibunya kemudian ikut bergabung dengan kami. Menanyakan kejadian tadi, dan kami menjelaskannya. Beliau berbaik hati menanyakan berapa harga flashdisk yang telah dihilangkan oleh anaknya itu? Saya menjawab dengan sedikit ragu, ragu untuk ikut bermain dalam skenario dia, skenario teman saya tadi, skenario anak ibu yang sedang bertanya kepada saya. “Kira-kira seratus ribu, bu.”

Sambil tersenyum beliau masuk ke dalam, terdengar sedikit mengobrol dengan suaminya. Tak lama kemudian keluar lagi, membawa uang seratus ribuan. Dikasihkan lah uang tersebut ke saya, sambil berpesan kepada anaknya untuk lebih hati-hati lain kali. Dan meminta maaf kepada saya, saya pun berterima kasih kepadanya.

Senyum Puas

Setelah basa-basi selesai, saya pamit untuk pulang. Teman saya juga ikut keluar dengan alasan ingin main di rumah teman yang lain. Sesampainya di jalan raya dimana pintu rumah sudah tidak lagi terlihat, sambil tersenyum puas yang tidak bisa ia tahan lagi dia menagih sesuatu yang mungkin dia anggap sebagai ‘bagi hasil’ dalam sebuah bisnis. Ya, seperti pada perjanjian di awal, lima puluh ribu saya berikan ke dia. Saya anggap itu sebagai komisi, dan lagi-lagi saya ikut masuk ke dalam skenarionya.

Terlepas dari bagaimana ‘liciknya’ teman saya tadi, beberapa tahun kemudian saya baru menyadari bahwa semestinya ketika kita ditimpa suatu masalah, cobalah untuk membalik masalah tersebut menjadi sebuah peluang yang bisa jadi menguntungkan kita.

Pernah mengalami masalah yang akhirnya justru jadi peluang? Share di kolom komentar di bawah ini ya… 🙂

Kategori: Catatan
Tag: Flashdisk, masalah, peluang, Teman, uang

About The Author

Miftah Afina

Hello! 👋

I'm Afin, a Google Apps Script freelancer that ready to automate your workflows.

8 komentar

Fitria Ramdani

dulu waktu kelas 2 smp saya dapet hadiah dari bapa yaitu mp4 player,bukan warisan si hehe tapi hadiah karna ranking.dulu sempet dipinjem sama temen saya , yang akhirnya jatuh ke parit untuk menyirami tamanan hias disekitar kelas. teman saya yang menjatuhkan, namun entah siapa yang menjatuhkanya (baik sengaja atau tidak ). ditanya ini itu mereka pada diem. entah skenario apa. haha

30 Agustus 2016 pukul 17 lebih 36 menit

dan

nggak work kalo isi flashdisk bahkan nggak tergantikan,, karena berisi hasil usaha dan kerja keras,,

1 September 2016 pukul 21 lebih 43 menit

Miftah Afina

Jamannya klot storej sekarang, vroh. :D

5 September 2016 pukul 10 lebih 45 menit

Miftah Afina

Ini yang diposting di blogmu kan? :D

5 September 2016 pukul 10 lebih 46 menit

Muslih

Luar biasa sekali, salam super (y) :)

2 Oktober 2016 pukul 0 lebih 6 menit

Miftah Afina

Hahah.. Makasih udah mau mampir.

5 Oktober 2016 pukul 8 lebih 31 menit

Beby

Masih kecil aja uda licik gitu. Gimana gedenya ya. Hahah. :D

Etapi flashdisknya beneran ilang gak sik?

16 Oktober 2016 pukul 9 lebih 43 menit

Miftah Afina

Beby.... Lama kali kau tak berkunjung. :D Bener juga ya. Aku koq nggak kepikiran sampe ke situ.

16 Oktober 2016 pukul 15 lebih 37 menit