Alasan Mengapa Menjual Kembali Ponsel Androidnya
Belakangan ini, semakin banyak orang yang menggunakan ponsel berbasis Android, dan meninggalkan BlackBerry dan ponsel lain yang sempat disayanginya bertahun-tahun. Apalagi ditambah BlackBerry Messenger yang beberapa waktu lalu di lepas untuk platform lain, termasuk Android.
Namun lain halnya dengan salah satu teman sekantor saya. Sempat beberapa saat yang lalu menanyakan perihal ponsel Androidnya yang dijual, padahal baru beberapa bulan dipakai. Mengapa? Dan apa jawabannya?
“Sudah biasa menggunakan ‘ponsel biasa’, jadi kalau ponsel yang itu (Android, -red) kayaknya tersiksa sekali. Mau apa-apa harus hati-hati, mau nyenggol eman-eman, dan akhirnya saya jual. Dan setelah pake ini lagi ngga khawatir lagi.” Kurang lebih seperti itu jelasnya.
Memang dengan layar yang lebar, bodi tipis dan harga yang (menurut saya) lebih mahal daripada ponsel-ponsel biasa. Kadang secara tidak sadar menuntut kita agar lebih ekstra hati-hati dalam penggunaannya.
Pengalaman kurang lebih sama, namun hanya di awal-awal saja. Contohnya gini: diawal-awal punya ponsel ini (nb: ini ponsel pertama yang saya beli dengan keringat sendiri) saya selalu hati-hati ketika menaruh apalagi ketika akan tidur, biasanya akan saya taruh di meja, lemari ataupun tas terlebih dahulu, karena takut kalau-kalau jatuh atau apa ketika saya terlelap.
Tapi kini, cuman saya taruh di sebelah tempat saya tidur, paling-paling saat bangun sudah ketindihan badan saya. Ya, begitulah…
0 komentar