Semaput

Dipublikasikan pada 30 November 2023

Demi mengobati rasa rindu pengunjung setia blog ini, yang mana sepertinya hampir tidak ada, hari ini saya coba menuliskan sekelumit kisah tentang pengalaman spiritual saya. Semoga dapat diambil ibrahnya. Jika ada.

Pengantar

Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Tetapi mungkin belum tentu semuanya pernah mengalami pingsan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Mario Aguilera, hanya sekitar 40% orang yang pernah mengalami pingsan setidaknya satu kali dalam hidup.1

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan menceritakan tentang pengalaman pingsan alias semaput saya. Bukan hanya sekali dua kali, tapi tiga kali sejauh ini. Semoga tidak bertambah.

Taci Paparera Hedibesu2

Foto lagi sunat kelas 5 SD. Sumber: Dokumentasi pribadi banget.

Bukan! Bukan saat mau disunat.

Kali pertama saya pingsan adalah saat duduk di bangku SMK. Tapi saat itu tidak sedang duduk, melainkan sedang ngadek jejeg mengikuti kegiatan apel pramuka pada siang menjelang sore hari.

Tidak ada angin, tidak ada hujan (adanya mung panas) ujug-ujug tubuh ini terasa lemas. Dan yak! Saya ditandu karena semaput.

Sebetulnya saya setengah sadar ketika sedang diangkut kemudian dibaringkan di sofa ruang tamu. Tapi karena tanggung, saya diem aja mengikuti alur dan prosedur.

Seperti yang diharapkan, saya mendapatkan segelas teh hangat, ditambah dengan kenikmatan berupa izin tidak mengikuti kegiatan pramuka pada sore itu. Alangkah bahagianya.

Andong

Kalau tidak salah saat itu merupakan pendakian saya yang ke-2. Berjarak cukup lama setelah pendakian pertama saya di Merapi.

Pendakian tersebut sebenarnya sudah direncanakan dan disiapkan sejak cukup lama. Namun, qodarullah, pada hari menjelang pendakian saya menderita penyakit flu.

Salah satu teman asrama sudah mengingatkan dan menyarankan saya agar tidak mengikuti pendakian tersebut. Tapi karena ngeyel, saya tetap saja ikut. Berangkatlah kami ke basecamp pukul tiga dini hari.

Demi melindungi harkat dan martabat mereka, wajah-wajah yang rupawan ini sengaja saya sensor.

Sesampainya di Pos 1 kami semua beristirahat. Saat itu saya merasa mata agak berkunang-kunang dan semuanya menjadi amat gelap.

Saat tersadar, saya sudah terbaring di atas matras sambil dibuatkan coklat hangat oleh teman-teman yang baik hati.

Sambil nunggu saya pulih, mereka menghabiskan sebagian besar perbekalan karena yakin setelah ini bakal langsung turun.

Pada akhirnya, perjalanan menuju puncak gemilang cahaya mengukir citra seindah asa tetap dilanjutkan dengan bekal yang sudah menipis. Alhamdulillah di puncak Andong ada warung, jadi tidak khawatir kalau lapar ataupun haus.

Mlayu-mlayu Demi Prau

Ini kisah yang terakhir, jadi simak baik-baik.

Perlu diketahui pembaca yang budiman, bahwasanya saat itu saya belum rutin berolahraga seperti sekarang ini (yassalam). Jadi, biasanya baru mulai olahraga ketika menerima ajakan untuk mendaki. Pun dilakukan hanya beberapa hari menjelang pendakian. Parah emang.

H-5 pendakian ke Prau saya baru mulai "persiapan" dengan lari-lari kecil dari "apartemen" menuju arah balai desa, luruuuus, belok kanan hingga sampai di pertigaan. Saya kurang paham itu masuk dusun apa.

Ketika sampai di pertigaan saya memutuskan untuk beristirahat di tepi, duduk di atas bongkahan bekas pembatas jalan. Karena lumayan capek dan sedikit pusing, sambil duduk manis saya coba untuk sejenak memejamkan mata. Waktu itu sekitar pukul enam pagi.

Saya membuka mata batin sesaat kemudian (yang padahal sudah lewat 10 menit) karena kaget mendengar gonggongan anjing dari seberang jalan.

Tapi yang bikin lebih kaget lagi adalah ketika menyadari bahwa ternyata sekujur tubuh saya berada di atas tanah, lengkap dengan lecet dan sedikit darah pada bagian pelipis serta jari tangan.

Owalah, ternyata sepertinya tadi saya jatuh tersungkur karena tidak sadarkan diri.

Karena masih terasa sedikit ngantuk, dan masih ada cukup waktu sebelum berangkat kerja, saya memutuskan untuk lanjut tidur telentang di pinggir jalan beberapa menit, sebelum akhirnya dibangunkan oleh salah seorang warga.

Berfoto ria di Gunung Prau

Penutup

Tidak ada.

Catatan Sikil

1 https://today.ucsd.edu/story/what-happens-when-we-pass-out-researchers-id-new-brain-and-heart-connections

2 Dasa Darma Pramuka

Kategori: Catatan
Tag: Kesehatan

About The Author

Miftah Afina

Hello! 👋

I'm Afin, a Google Apps Script freelancer that ready to automate your workflows.

0 komentar