Travel Series: Diculik dan Disekap

Dipublikasikan pada 24 November 2013

Tepat seperti jadwal yang sebelumnya telah saya rencanakan, 19 November pukul 4 sore setelah jam pulang kantor saya —dengan tas hijau kebesaran, tentunya— berniat untuk memberhentikan bis jurusan Jakarta, sama seperti bulan-bulan sebelumnya.

Namun Jakarta bukanlah destinasi kepergian saya, melainkan dengan bis jurusan Jakarta itulah saya berniat untuk menuju ke suatu tempat yang terkenal akan kuliner grombyangnya, Pemalang.

Sesaat setelah naik tidak ada yang aneh menurut saya, paling-paling hanya rasa penasaran yang sesaat melintas dibenak. Ya, ketika sopir berbicara kepada saya dengan menggunakan bahasa Jawa. “Ah, sudahlah…”, pikir saya dalam hati.

Satu jam, dua jam, hingga akhirnya tiba di tempat persinggahan dimana di tempat tersebut bus berhenti, dan menurunkan penumpang untuk sejenak beristirahat dan makan malam. Sayapun ikut turun, akan tetapi tidak ikut makan. Pikir saya, “Mi goreng di rumah lebih zein.”

Setengah jam berlalu, waktunya para penumpang kembali ke dalam bus. Tiba-tiba seseorang (sepertinya kenek bus) mendekati saya dan mengajak saya berbicara, lagi-lagi saya tidak tahu maksudnya. Yang saya tahu hanyalah sepertinya orang tersebut bermaksud untuk menyuruh saya sesuatu. Ya saya mengangguk saja. Terlihat orang tersebut berbicara serupa kepada orang lain. Dia juga mengangguk, akan tetapi anggukannya penuh dengan keyakinan, mungkin itu tandanya dia paham. Lalu diapun kembali ke depan.

Beberapa menit kemudian

Tiba-tiba, seseorang yang saya duga sebagai kenek bus itu tadi kembali menghampiri saya —dan juga orang yang tadi dia ajak bicara—, mengajak saya dan dia masuk ke toilet. Apa maksudnya??? Setelah saya tanyakan, ternyata saya (maksud saya: kami) disembunyikan dari petugas pengecekan agen bus tersebut yang sebentar lagi akan mengecek tiket setiap orang ketika keluar dari tempat persinggahan. Sebabnya? Kami menumpang tanpa memiliki tiket dan tidak melalui agen resmi (meskipun padahal sama-sama membayar). Oh, sial. Masih teringat jelas keras tawa yang terdengar dari orang-orang yang melihat saya keluar dari tempat penyekapan tersebut. Aagghhh… :@

Kategori: Catatan
Tag: Bus, Konyol, Sekap

About The Author

Miftah Afina

Hello! 👋

I'm Afin, a Google Apps Script freelancer that ready to automate your workflows.

0 komentar