From Hunain to Uhud

Dipublikasikan pada 25 September 2013

Beberapa bulan yang lalu, saya keluar dari hunain 7. Bukan tanpa sebab, selain pada saat itu kapasitasnya kurang memadai serta ditambah keharusan dari pihak HRD untuk berpindah kamar, ya saya manut saja. Berat memang, meninggalkan teman satu kamar yang sebelumnya sudah akrab, juga busa tidur yang sudah cekung bagian tengahnya.

Saat pertama kali pindah ke atas, betapa sakit mata ini melihat pemandangan uhud 7, kamar yang akan saya huni tampak tidak terawat. Kontras sekali dengan kondisi di kamar lama saya yang berada di lantai satu itu. Memang saya akui bersihnya kamar hunain 7 tidak lain karena salah satu penghuninya yang kelewat rajin bersih-bersih. Bukan saya.

Oleh karena itulah saya bertekad untuk membersihkan dan merapikan uhud 7 tersebut semampu saya. Haripun normal kembali dan saya mulai merasakan lebih baik disini. Meskipun ada beberapa yang tidak saya sukai, seperti:

  1. Air yang susah

Air kran di kamar mandi uhud 7 tidaklah selancar hunain 7. Ini merupakan penderitaan awal dan hingga kini yang saya alami di sini. Mungkin karena letaknya yang berada di lantai dua. 2. Bak mandi yang kecil
Meskipun banyak, bak mandi di uhud 7 sangatlah tidak memadai untuk saya yang hobby berlama-lama di kamar mandi (hihi). Berbeda dengan hunain 7 yang memiliki bak mandi ukuran jumbotron (seperti bootsrap saja). 3. Gerbang yang dikunci pada saat bel
Inilah penderitaan utama bertempat tinggal di kamar atas. Pada tangga yang menuju ke lantai dasar, terdapat gerbang yang terlihat lebih mirip seperti penjara, dan setiap kali bel, gerbang ini digembok oleh pak security. Wal hasil terkadang saya terkunci di lantai atas ketika sedang telat masuk kantor. Tapi yang ini telah teratasi karena sekarang saya mempunyai kunci serep’nya.

Yang saya sebutkan di atas adalah beberapa kekurangan-kekurangan yang saya temui di uhud 7, namun ada juga kelebihan-kelebihan yang berat untuk ditinggalkan meskipun saya kemarin direkrut kembali untuk tinggal di hunain 7 lagi, dan mungkin akan saya ceritakan di postingan mendatang. Dan itu menjadi modal rasa syukur karena telah terusir ke kamar yang menyenangkan ini.

Kategori: Catatan
Tag: Derita, Kamar, Syukur

About The Author

Miftah Afina

Hello! 👋

I'm Afin, a Google Apps Script freelancer that ready to automate your workflows.

0 komentar